Jan

16

Oleh Fatchiyah
Direktur LSIH UB dan Dosen jurusan Biologi FMIPA UB
Email: fatchiya@ub.ac.id , website http://fatchiyah.lecture.ub.ac.id atau http://lsih.ub.ac.id

Pentingkah Identifikasi kebutuhan Pelatihan (Training Needs Analysis)? Ya tentu saja, hal ini untuk mendapatkan dampak positif atau hasil maksimal dari pelatihan yang diikuti, sehingga waktu dan dana yang dikeluarkan tidak siasia. Benarkah pelatihan diperlukan? Pasti, karena untuk meningkatkan kompetensi seseorang. Kapan pelatihan dibutuhkan? Adanya penggunaan teknologi baru, perubahan proses, permintaaan dari pengguna/pasar/ customer, perubahan budaya atau struktur organsasi, perubahan dalam masyarakat atau aturan hukum serta bila ada kebijaksanaan baru pimpinan. Benarkah pelatihan dibutuhkan? Pelatihan bagi personel yang ada atau untuk personel baru dengan kualifikasi yang sesuai.
Pelatihan, merupakan bagian yang penting dan mutlak dalam sistem manajerial. Cara yang vital dalam upaya perbaikan dan pengembangan. Pelatihan juga merupakan kebutuhan dasar bagi personil agar mampu melaksanakan pekerjaannya serta berhasil dalam karir. Oleh karena itu, tujuan suatu pelatihan adalah meningkatkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, kapasistas, kompetensi dan kinerja kerja. Perlunya pelatihan bukan hanya didasarkan untuk pembelajaran, yang lebih utama ialah didapatkan hasil yang dapat memenuhi standar kinerja pada tingkat yang dibutuhkan pada semua personel. Setiap personel laboratorium harus mendapatkan pelatihan dasar agar mampu melaksanakan tugasnya dan berhak meminta pelatihan yang berhubungan dengan pekerjaannya. Bagi semua personel terutama di laboratorium, untuk mencapai hasil yang baik tidak diizinkan untuk menerapkan suatu prosedur atau metoda sebelum: (1) mengikuti semua pelatihan yang diperlukan. Perlu supervisi sampai pelatihannya berakhir. (2) menunjukkan kemampuannya menerapkan apa yang telah dipelajari.
Identifikasi Pelatihan. Untuk mengidentifikasi pelatihan meliputi tahapan analisis, rancang, pengembangan, pelaksanaan, dan Evaluasi. Pada umumnya, dalam suatu laboratorium personel yang ada memiliki tingkat penegtahuan dan ketrampilannya bervariasi. Maka tugas Manajemen untuk identifikasi kebutuhan pelatihan bagi personel yang bekerja di laboratorium yang dipimpinnya. Identifikasi kebutuhan pelatihan merupakan langkah awal dalam siklus penyusunan program pelatihan dan ditetapkan bersama-sama oleh tim Manajerial dan personel laboratorium.
Analisis. Analisis tugas pokok pegawai atau sekelompok pegawai yang membutuhkan pelatihan, berbasis informasi lengkap dan faktual tentang: (1) kinerja personil, (2) siapa personil yang ketrampilannya perlu ditingkatkan, dan (3) adanya jenjang kinerja antara kebutuhan laboratorium dengan kualifikasi personel yang ada atau jenjang antara personel. Bagaimana cara menganalisis secara obyektif: lakukan SWOT analysis terhadap personel, amati tingkat kinerja personel, lakukan wawancara langsung pada personel, edarkan kuisener, dan diskusikan dengan kelompok kerja. Bagaimana personel dapat memanfaatkan kekuatan atau kesempatan dirinya? Apakah ada faktor yang menghalanginya untuk memanfaatkan kesempatan yang ada?
Perancangan. Merancang suatu pelatihan harus berbasis pada SMART goals: Spesific, tujuan harus ditulis sejelas mungkin. Measurable, harus disertakan bagaimana mengukur pencapaian tujuan secara obyektif. Achievable, target menantang namun tidak terlalu sulit untuk dicapai. Relevant, seseorang akan terpacu mencapai target, apabila target itu penting dan dapat memberikan keuntungan padanya. Time limited, target harus dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu. Manajemen akan menetapkan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan. Be realistic! Jangan meniru laboratorium lain, tapi harus sesuai dengan visi dan misi masing-masing laboratorium dan ruang lingkup yang telah ditetapkan atau yang akan dikembangkan.
Pengembangan. Manajemen juga melakukan dokumentasi untuk pelatihan yang telah dilaksanakan, rotasi personel yang akan dilatih berbasis pada tingkat kompetensi yang ingin dicapai, dan proses setelah pelatihan yang dilakukan oleh personel yang bersangkutan. Berdasarkan tahapan tersebut, manajemen melakukan pengembangan lebih lanjut. Pelatihan lanjutan bisa dilakukan dalam waktu kerja – on the job training atau inhause training –. Kelebihan pelatihan model ini adalah dengan menggunakan peralatan, instrumen, atau bahan yang akan digunakan oleh oleh personel setelah pelatihan, sehingga personel secara efektif dapat meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan tugas. Tipe lain – off the job training -, yaitu dilaksanakan diluar tempat pekerjaan di tempat pelatihan yang sesuai dengan kompetensi dan memiliki reputasi yang baik. Personel dalam mengikuti pelatihan dapat konsentrasi penuh pada materi pelatihan karena tidak dibebani dengan tugas rutin. Dan lebih effektif dalam mengembangkan konsep dan ide. Tetapi kelemahannya, biasanya type instrumen yang dipelajari tidak sama dengan peralatan yang dimiliki laboratorium.
Pelaksanaan. Setelah selesai melakukan pelatihan, personel harus melaksanakan hasil pelatihan yang diikutinya. Personel langsung menerapkan ilmu dan ketrampilannya yang diperolehnya untuk menyelesaikan permasalah nyata di dunia pekerjaannya, karena tanpa dipraktekkan ilmu atau ketrampilan itu akan hilang. Pimpinan langsung akan mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan setelah pelatihan. Misalnya: personel secara individu atau kelompok kerja melakukan proses analisis lebih efesien dan effektif, waktu lebih cepat, kegagalan analisis minim, validasi instrumnetasi dan metoda analisis terjaga dengan baik, sehingga kepercayaan customer/pelanggan meningkat dengan semakin meningkatnya sampel uji yang masuk ke laboratorium.
Evaluasi. Pelatihan dan proses setelah pelatihan personel yang telah dilaksanakan diukur denga melakukan evaluasi. Manajemen menyediakan perangkat evaluasi seperti kuisener dimana kuisener ini ditujukan untuk personel yang bersangkutan dan atasan langsung dan untuk meningkatkan obyektifitas dapat pula ditambah kuisener untuk rekan kerja serta kuisener dari kepuasan customer/pelanggan. Personel juga membuat evaluasi kinerja diri (EKD). Dan manajemen akan melakukan internal audit serta kaji ulang manajemen atas keseluruhan proses yang ada dalam laboratorium tersebut. Proses kinerja dan evaluasi kinerja harus berbasis pada ISO yang dijalankan oleh laboratorium yang bersangkutan, seperti ISO 17025:2005, ISO 9001:208, ISO 1400 dan standard ISO yang lain.
Personal management appraisal system (PMAS). Tujuan dari PMAS adalah memberikan tanggapan kepada karyawan terkait terhadap kinerja kerjanya dan menganalisis pelatihan apa yang diperlukan. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan untuk mengambil keputusan, pemberian pay-off atau menaikkan gaji, bonus, promosi atau tindakan disiplin lainnya. PMAS juga merupakan saranan terjalinnya komunikasi antara manajemen dan karyawannya, meningkatkan kinerja kerjanya melalui konseling, pemberian arahan dan pengembangan, serta mengavaluasi situasi dan kondisi dari perusahaan.
Pada dasarnya, menganalisis Kebutuhan akan Pelatihan bagi personel, tidak dilakukan tanpa proses yang telah diurakan di atas, agar perencanaan dan pengembangan, waktu dan uang yang disediakan tidak sia-sia belaka, tapi bermanfaat dalam peningkatan kinerja kerja personel dan proses analisis serta manejemen mutu laboratorium lebih efisien, efektif dan dengan akuntabilitas yang tinggi (FAT).

Pustaka yang terkait:

1. Training needs analysis Training Needs Analysis (Fat, 2012)

2. MAPS handbook performance appraisal handbook

3. MAPS template performanceappraisalform (template)

Dec

27

Hallo adik2 mahasiswa dan peneliti ub, pembukaan pendaftaran program short term visit di NIPS. ini link-nya http://www.nips.ac.jp/eng/graduate/applicants/internship/ deadline application January 31, 2012
Invitation to NIPS: NIPS Internship 2012 (approximately 2 weeks)

National Institute for Physiological Sciences (NIPS) (Department of Physiological Sciences, School of Life Science, The Graduate University for Advanced Studies (SOKENDAI) invites foreign students who wish to stay at NIPS for approximately 2 weeks (internship) in 2012. The aim of the internship is to provide students who are thinking of entrance to our PhD course program with an opportunity to experience our education system and research activity. We believe this opportunity will be very helpful to students in making a decision to enter our graduate university. We will support travel and stay expenses.

The host laboratories are listed at the following URL: http://www.nips.ac.jp/eng/research/section/

To apply for the NIPS Internship 2012
(1) Please click HERE and register yourself.
(2) IMMEDIATELY after registration, please send your [Curriculum Vitae] including [official records of your scores in schools] to “scholar@nips.ac.jp” as PDF files.
(3)If you wish, you can also send PDF files of recommendation letter(s).

[Important Note] Without the submission of (2), your application is incomplete and we do NOT accept it.

Application deadline: January 31, 2012
Intern period: approximately 2 weeks between April, 2012 and January, 2013
(The title of inquiry Email should be “NIPS Internship 2012”)
Amount of support: upper limit of the support including the airfare and accommodation fee is 200,000 Japanese Yen/person.
Email address for inquiries : scholar@nips.ac.jp

Jun

14

Dikirim oleh humas3 pada 14 Juni 2011 | Komentar : 0 | Dilihat : 32

Fatchiyah, PhD menjadi pembicara dalam APCCN 2011
Fatchiyah, PhD menjadi pembicara dalam APCCN 2011Nutrigenomik merupakan kajian studi baru tentang pengaruh makanan terhadap ekspresi informasi genetik secara individual ataupun komponen genetik yang dimiliki individu mempengaruhi metabolisme dan respon terhadap komposisi gizi atau bioaktif dalam makanan. Komponen genetik secara individual memiliki kemampuan yang bervariasi terhadap makanan dan kerentanan terhadap penyakit kronis seperti diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe 2). Demikian disampaikan Fatchiyah saat dirinya menjadi pembicara dalam Asia Pacific Conference on Clinical Nutrition (APCCN) 2011 yang diselenggarakan di Bangkok beberapa waktu lalu (5-9/6). Konferensi ini telah berlangsung selama tujuh kali dan diikuti peneliti di Asia Pasifik untuk membahas tentang makanan yang dapat mengontrol penyakit pada pasien maupun orang normal. Fatchiyah merupakan salah satu inviting speaker pada symposium “Nutrition, Diabetes Mellitus dan Peptic Uller” dimana Daniel Pella dari India merupakan chairman-nya. Pembicara lain yang juga presentasi adalah Irene Blackberry dari Australia (Older People with type 2 Diabetes: Nutrition Considerations), Nithiwat Vatanavicham dari Thailand (Nutritional Management of Patients with Inborn Errors of Energy Metabolism) dan Sandip K. Bandyopadhyay dari India (Effect of Plant Derived Natural Antioxidants on NSAID-induced Gastric Ulcer).

Dalam kesempatan tersebut, ia mempresentasikan penelitiannya berjudul “Glucomannan as Herbal Therapy for Control Blood Glucose of Diabetes”. Beberapa waktu terakhir, peneliti biomekanisme molekuler ini mulai mendalami nutrigenomik guna mengeksplorasi plasma nutfah Indonesia yang sangat kaya. Diantara manfaat kekayaan tersebut adalah sebagai bahan netraceutical food yang digunakan untuk terapi herbal serat tinggi dengan target gen-gen terkait penyakit yang ditetapkan.

Penyakit DM tipe 2 dapat dikontrol dengan pengaturan diet yang dimonitor. Hubungan antara diet karbohidrat dengan DM tipe 2 cukup kompleks, sehingga banyak penelitian telah dilakukan untuk menentukan diet yang tepat untuk menurunkan glukosa darah. Salah satunya adalah diet serat tinggi yang bekerja lebih baik dalam mengontrol diabetes dibanding diet yang direkomendasikan ADA (American Diabetes Association). Diet jenis ini menurut Fatchiyah mampu menurunkan level insulin hingga 12% dan level glukosa hingga 10% pada pasien DM tipe 2 yang mengkonsumsi diet serat tinggi dibanding diet group lain.

Glucomannan

“Diet yang mengandung glucomannan dapat menunda rasa lapar dan meningkatkan absorbsi diet gula secara gradual sehingga berpengaruh mengurangi peningkatan level gula darah setelah makan”, kata Fatchiyah kepada PRASETYA Online melalui email. Pada studi lain, glucomannan 8-13g per 100g kalori per hari dapat menstabilkan gula darah individu dengan sindrom resisten insulin (syndrome-X). ” Tetapi konsentrasi glucomannan yang tinggi bisa menyebabkan menurunnya gula darah secara cepat dan menyebabkan hypoglicemia, kadar gula darah sangat rendah”, tambahnya.

Glocomannan adalah serat tanaman konjac dan porang (iles iles, suweg) yang memiliki sifat diantaranya tidak larut dalam air dan berbentuk seperti gel. “Karena tubuh tidak bisa menyerap glucomannan, sehingga menghasilkan massa lunak yang besar, bergerak menembus usus dan merangsang kontraksi otot usus”, terang Dosen Jurusan Biologi FMIPA ini.

Tanaman porang (Amorphopallus mulleri) di Jawa Timur merupakan komoditi ekspor untuk bahan konyaku dan shiratake ke Jepang. Jenis konjac glucomannan telah banyak dilakukan penelitian berkaitan dengan pengontrolan DM tipe 2, tetapi pada porang yang ditemukan di Jawa Timur belum ada laporan kegunaannya sebagai salah satu bahan diet serat tinggi. Untuk itu perlu dikaji efektifitas tepung porang sebagai bahan diet serat tinggi dalam penurunan kadar gula darah, ekspresi mRNA gen pro insulin pada pankreas dan hepar pada tikus diabetes.

Diet tinggi serat sangat efektif untuk memperlambat penyerapan glukosa ke dalam sirkulasi darah sehingga mengurangi sekresi insulin. Kombinasi dari diet karbohidrat dan serat yang tinggi dapat mengurangi kebutuhan akan insulin. “Menurunnya kebutuhan insulin berarti juga menurunkan aktivitas sel β pankreas dalam produksi insulin. Dengan adanya penurunan aktivitas sel dalam produksi insulin, maka ATP yang seharusnya digunakan untuk sekresi insulin dari vesikel dapat digunakan dalam melakukan regenerasi sel β pankreas”, kata Fatchiyah.

Adanya kerusakan sel β pankreas akibat STZ menginduksi sel-sel β normal untuk melakukan regenerasi. Toksisitas STZ dikarenakan adanya aktivitas alkilasi dari gugus methylnitrosourea-nya, khususnya pada posisi O6 dari guanin. Transfer gugus methyl dari STZ ke molekul DNA menyebabkan kerusakan pada sepanjang rantai yang mengalami alkilasi, yang akhirnya menyebabkan fragmentasi DNA. Kerusakan ini menyebabkan penurunan NAD+ dan ATP seluler, sehingga sel β mengalami nekrosis. Regenerasi sel β merupakan proses alami untuk menggantikan sel-sel β yang rusak dengan membentuk sel β baru karena adanya mekanisme feed back pada jaringan endokrin. Pembentukan sel β baru ini membutuhkan energi berupa ATP untuk melakukan regenerasi melalui siklus sel. Dugaan inilah yang mendukung hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan level mRNA gen proinsulin pada tikus diabet dengan perlakuan glukomanan. Peningkatan level mRNA ini diduga karena terjadi peningkatan jumlah sel β sehingga berpengaruh terhadap peningkatan hasil aktivitas sel berupa proses transkripsi mRNA dan translasi insulin.

[fat/nok]

http://prasetya.ub.ac.id/berita/Glucomannan-Terapi-Herbal-Pengendalian-Gula-Darah-pada-Diabetes-5344-id.html

Jun

2

Tips menulis dan mengoreksi paper

disadur dari artikel yang ditulis oleh Anto Satriyo Nugroho (LIPI) pada Mei 29, 2011

    1. Author
      1. Penulisan paper harus memperhatikan siapa saja yang dicantumkan dan untuk alasan apa. Urutan penulisan author harus dipertimbangkan baik-baik. First author biasanya diberikan kepada yang paling besar kontribusinya. Mahasiswa/i yang sedang menempuh degree biasanya diberikan kesempatan menjadi first author disertai tanggung jawab untuk memberikan kontribusi terbesar. Second author lazimnya diberikan kepada coauthor yang paling intensif memberikan arahan kepada first author.  Last author biasanya untuk professor pimpinan laboratorium yang sudah memiliki nama, walau mungkin kontribusi beliau terhadap studi tersebut tidak sebanyak second author. Urutan ini lazim dipakai diberbagai journal. Akan tetapi beberapa jurnal seperti Physical Review, memakai alphabetic order dari nama author.
      2. Kalau yang berkontribusi banyak, tidak perlu malu menuliskan semua penulis. Paper yang berkaitan dengan kedokteran atau biologi, seringkali mencantumkan banyak author, karena mereka banyak berperan dalam penyediaan data. Paper Human Genome Project, misalnya, authornya bisa lebih dari 200.
      3. Dalam penulisan paper, harus selalu berkonsultasi dengan para coauthor, terutama pembimbing utama atau peneliti utama. Pengiriman harus atas persetujuan semua author.
    2. Introduction:
      1. Harus ada penjelasan mengapa studi itu penting untuk dilakukan
      2. Jelaskan pula, apa yang dilakukan oleh peneliti lain pada topik yang dipilih, apa kelebihan dan kelemahan mereka, dan dimana studi yang anda lakukan memberikan kontribusi terhadap masalah yang belum terpecahkan ? Ini akan menjaga kesinambungan scientific knowledge, dimana pengetahuan yang dibangun oleh peneliti yang lalu akan disempurnakan oleh peneliti yang datang belakangan.
      3. Bagian introduction ini ibaratnya etalase. Anda harus menempatkan barang yang menarik pengunjung agar mereka mau mampir dan membeli. Introduction harus dapat memikat orang agar mau membaca paper yang anda tulis. Para professor atau orang yang sibuk biasanya hanya membaca abstract, introduction dan conclusion. Karena itu pertanyaan yang dibuka di bagian introduction harus terjawab saat membaca conclusion. Sehingga setelah selesai membaca introduction dan conclusion, reader akan memahami posisi anda, kontribusi apa yang anda berikan.
      4. Di akhir introduction, lazim untuk menjelaskan struktur paper yang ditulis. Section 2 menjelaskan apa, Section 3 menjelaskan apa, dst.
    3. Penjelasan mengenai metode yang diusulkan (proposed method)
      1. Pada bagian ini dibahas novelty studi yang dilakukan. Novelty bisa berupa: (i) mengusulkan metode baru untuk suatu kasus yang bukan baru, (ii) memakai metode yang sudah ada untuk suatu kasus yang baru (iii) mengusulkan metode baru untuk kasus yang baru.
    4. Gambar dan Grafik
      1. Caption ditulis di bawah gambar/grafik
      2. Dalam panduan penulisan paper oleh IEEE, “Figure” ditulis singkat “Fig.” baik saat muncul di awal maupun tengah.
      3. Setiap gambar/grafik harus dibahas di dalam artikel. Jangan membuat reader menafsirkan sendiri gambar/grafik karena tidak ada penjelasan di artikel
      4. Pastikan sumbu X dan sumbu Y diberi label, masing-masing merepresentasikan apa dan apa unit-nya.
      5. Perhitungkan bahwa paper anda akan diprint pada proceeding hitam putih. Kalau pemakaian warna akan membuat informasi jadi tidak jelas, maka pakailah format yang sederhana black on white dan tidak memaksakan diri memakai gambar berwarna-warni.
      6. Grafik tidak perlu diberi border/bingkai. Hati-hati saat memakai MS Excell untuk meng-generate grafik, karena default-nya menyertakan border hitam yang tidak diperlukan saat dimuat di paper.
      7. Apabila menulis flowchart, lebih baik memakai warna foreground black dan background white. Apabila anda memberikan warna abu kepada kotak, seringkali saat diprint membuat tulisan di dalam kotak itu -yang umumnya berwarna hitam- menjadi tidak jelas.
      8. Apabila dalam gambar tersebut ada tulisan, perhatikan agar saat diresize ke dalam paper tulisan itu tidak terlalu kecil. Biasanya dalam panduan penulisan paper oleh jurnal hal ini akan diperingatkan. Karena author seringkali lupa, saat copy-paste gambar ke paper, tulisan yang berada dalam gambar menjadi terlalu kecil.
      9. Pastikan tidak memakai gambar yg copyrighted. Pakailah gambar yg dibuat sendiri, jangan memakai scanning dari paper/buku, untuk publikasi formal.
      10. Adakalanya kita perlu membedakan gambar yang dimuat: apakah untuk menjelaskan algoritma yang dibahas, ataukah untuk memperlihatkan hasil eksperimen. Untuk tujuan menjelaskan algoritma yang dibahas, lebih baik memakai gambar yang sederhana (boleh juga synthetic image) yang mampu memberikan imajinasi dengan tepat dan cepat kepada pembaca, bagaimana algoritma itu berjalan. Untuk tujuan kedua, yaitu memperlihatkan hasil eksperimen, anda boleh memakai gambar yang lebih kompleks karena tujuannya menjelaskan bagaimana algoritma itu berhasil dipakai pada data riil. Memakai data riil untuk menjelaskan algoritma kadangkala menimbulkan unnecessary complexity. Pilihlah gambar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
      11. Masukkan gambar setelah dijelaskan dulu di dalam artikel.
    5. Tabel
      1. Caption ditulis di atas tabel
      2. Dalam panduan penulisan paper oleh IEEE, “Table” ditulis singkat “Tab.” baik saat muncul di awal maupun tengah.
      3. Setiap tabel harus dibahas di dalam artikel. Jangan membuat reader menafsirkan sendiri tabel karena tidak ada penjelasan di artikel
      4. Masukkan tabel setelah dijelaskan dulu di dalam artikel.
    6. Experimental results
      1. Selalu bertanya “why”. Mengapa eksperimen ini berhasil ? Mengapa gagal ? Mengapa tidak optimal ?
      2. Reader akan mengevaluasi anda dari kualitas argumen anda dalam menjawab pertanyaan “why”
      3. Experiment terbagi dua: heuristics dan demonstrative. Heuristic experiments berisi keberhasilan dan kegagalan eksperimen yang dilakukan peneliti untuk memahami suatu metode, mendalami behavior suatu algoritma/sistem, yang akhirnya bertujuan menambah pengetahuan peneliti. Demonstrative experiment dilakukan setelah heuristic experiment selesai/lengkap. Demonstrative experiment ini tidak bertujuan untuk menambah pengetahuan sang peneliti, melainkan untuk meyakinkan orang lain mengenai ide yang ditulis. Jika demonstrative experiment ini tidak mampu meyakinkan pembaca, maka paper anda tidak akan diterima untuk publikasi. Tetapi terlalu banyak memakai waktu untuk membuat demonstrative experiment akan membuat anda kehilangan waktu untuk mengerjakan heuristic experiment. Akibatnya pengetahuan anda mengenai metode yang dibangun tidak akan komplit. Trade off antara kedua jenis eksperimen ini harus dipertimbangkan oleh peneliti dalam memanage waktu yang dimiliki.
      4. Tidak harus menceritakan semua eksperimen yang dilakukan. Pilihlah eksperimen yang dapat dipakai untuk membuat suatu cerita yang baik dan runut, agar pembaca dapat memahami ide yang disampaikan.
      5. Jangan pernah mengklaim bahwa metode anda adalah yang terbaik. Tidak pernah ada metode yang terbaik untuk semua kasus. Anda harus membahas, kapan metode itu berhasil dan kapan dia gagal. Dimana kelemahannya.
      6. Jangan lupa mencantumkan spesifikasi komputer, OS, waktu pengambilan data (tergantung sifat eksperimennya), running time (bedakan CPU time dan elapsed time. pelajari command “time” di linux. Yang dipakai adalah CPU time)
      7. Hati-hati dengan significant figures.
    7. Conclusion
      1. Conclusion mengulas secara singkat, apa yang dilakukan dan hasilnya bagaimana
      2. Jelaskan juga kelemahan dari studi yang dilakukan sebagai future work penelitian tsb.
      3. Di bagian Conclusion, harus jelas, apa (academic) contribution dari studi yang dilakukan.  Kesimpulan itu yang akan diingat oleh reader.
    8. Referensi
      1. Jangan memakai terlalu banyak area paper untuk menuliskan konsep yang sudah diketahui umum. Larikanlah ke referensi. Tiap halaman paper anda sangat mahal. Dedikasikan untuk membahas metode/hasil baru yang merupakan kontribusi orisinil anda.
      2. Referensi yang dicantumkan harus dicite di dalam artikel.
      3. Urutan prioritas: jurnal, peer review conference paper, conference paper tanpa review, text book yang benar-benar fundamental dan penting.
      4. Paper yang baik, akan memakai referensi yang mutakhir, misalnya 5 tahun terakhir
      5. Hati-hati saat menuliskan referensi dengan mencomot dari sana dan sini. Karena style penulisan referensi bisa saja berbeda, seperti urutan nama: last name dan singkatan first name. Harvard style referencing memakai urutan alphabetic nama pengarang, sedangkan IEEE urutannya berdasarkan kemunculan di paper. Pastikan anda mengikuti aturan yang ditetapkan editor.
      6. Apabila anda akan men-cite software, terlebih dahulu periksa situs pengembang software tersebut. Biasanya pengembang software akan merekomendasikan cara membuat sitasi terhadap karyanya. Misalnya untuk software WEKA, anda harus mengikuti permintaan pengembang sebagaimana dapat dibaca di http://www.cs.waikato.ac.nz/ml/weka/index_citing.html
      7. Jurnal/conference paper lazimnya memiliki informasi volume, issue number, halaman dsb. Ini harus disitasi lengkap sesuai dengan aturan penulisan paper (teknik referencing bisa jadi berbeda antara satu jurnal dengan yang lain.). Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman, dewasa ini prosiding dalam bentuk CD ROM sudah diterima sebagai publikasi resmi. Adakalanya jurnal juga diterbitkan secara online, sehingga tidak memiliki informasi halaman, melainkan nomer unique. Contohnya: http://www.malariajournal.com/info/about/ menyebutkan

        Articles in Malaria Journalshould be cited in the same way as articles in a traditional journal. However, because articles in this journal are not printed, they do not have page numbers. Instead, they have a unique article number.The following citation:

        Malar J 2004, 2:1

        refers to article 1 from volume 2 of the journal.

        As an online journal, Malaria Journal does not have issue numbers. Each volume corresponds to a calendar year.

    9. Lain-lain
      1. Apabila anda akan memakai singkatan sebuah metode, misalnya SOM untuk “Self Organizing Map”, pada saat muncul pertama kali di dalam paper anda harus menyebutkan secara lengkap terlebih dahulu dan diikuti dengan singkatannya di dalam kurung. Misalnya “Self Organizing Map (SOM) is used to ….”. Setelah itu, anda boleh memakai singkatan SOM tanpa harus menjelaskan kepanjangannya. Kesalahan sering terjadi saat seorang penulis menulis singkatan tanpa menjelaskan terlebih dahulu apa kepanjangannya.
      2. Setelah penulisan draft selesai, seringlah konsultasi dengan pembimbing, author maupun teman anda untuk membaca dan memberikan masukan. Seringkali karena terlalu fokus pada wording dan konten, terjadi kesalahan yang fatal tanpa disadari. Misalnya flowchart ternyata salah, grafik yang ditampilkan ternyata salah, dsb. Anda mungkin tidak menyadari kesalahan tersebut karena sedang fokus pada pemilihan argumen. Bantuan dari orang lain sangat diperlukan, karena mereka lebih “tenang” dalam membaca paper.
      3. Garis bawahi kalimat utama tiap paragraf dan perhatikan, apakah ada loncatan pembahasan dari satu paragraf ke paragraf yang lain.
      4. Adakalanya anda menulis paper mengenai topik yang spesifik untuk negara tertentu. Misalnya Natural Language Processing pada bahasa Indonesia. Saat menulis paper internasional, anda harus bayangkan bahwa pembacanya adalah orang yang tidak memahami bahasa Indonesia. Sehingga untuk contoh-contoh yang memakai bahasa Indonesia, harus diterjemahkan di dalam paper. Tanpa terjemahan, paper anda tidak dapat difahami oleh reader.
      5. Saat menulis alamat, hati-hati dengan penulisan singkatan “jalan” sebagai “Jl.”. Lebih baik anda tulis lengkap “Jalan”, misalnya “Jalan M.H. Thamrin”, karena Jl ada kemungkinan dibaca “je-i” oleh orang asing.
      6. Kalau ada keharusan menuliskan alamat, jangan lupa mencantumkan nama negara: “Indonesia” di alamat yang tertulis di paper.
      7. Orang Indonesia seringkali menulis simbol plus minus untuk menyatakan lebih kurang, yaitu + 50. Secara teknis ini salah, karena artinya plus 50 dan minus 50. Hindari singkatan yang spesifik difahami secara informal oleh orang Indonesia.
      8. Dalam menulis angka, perhatikan bahwa bahasa Inggris memakai titik, bukan koma untuk pemisah pada angka decimal. Demikian juga, penulisan basis pada logaritma, hendaknya mengacu ke bahasa Inggris. Yaitu basis ditulis sebagai subscript setelah “log”, bukan super script sebelum log. Penulisan kita banyak mengacu ke Belanda.
      9. Perhatikan jurnal yang dituju. Apabila anda mengirim ke jurnal berbasis Eropa seperti Nature, ikutilah British English. Jika anda mengirim ke jurnal berbasis Amerika, ikutilah US English. Lazimnya kalau IEEE mengikuti US. Contoh beberapa kata yang berbeda penulisan:  colour (British) vs  color (US), tumour (British) vs tumor (US)
      10. Perhatikan bahwa “that” dan “which” berbeda
      11. Reviewer biasanya mengecek: abstract untuk mendapatkan quick view, introduction untuk mengetahui posisi studi itu di belantara penelitian sejenis, conclusion untuk mengetahui seberapa bagus hasil yang dicapai, dan referensi untuk mengecek apakah author memakai referensi yang terkini (rule of thumb: last 5 years papers), terpercaya dalam artian peer reviewed.

Tambahan dari teman-teman (terima kasih atas masukannya yang sangat berharga)

Terima kasih atas tulisannya mas Anto. Hanya ingin sedikit manambahkan untuk bagian Figure.
1. width line untuk plot atau ukuran huruf untuk keterangan plot harus cukup besar sehingga orang yang sudah berumur masih dapat membaca dengan jelas gambar dan keterangannya jika papernya diprint dalam hitam putih (tidak perlu melihat gambar dan keterangannya dengan men-zoom sampai 300% di pdfnya)
2. caption gambar harus self-explained. Pembaca harus dapat mengerti kesimpulan yang dapat diambil dari gambar tersebut hanya dengan membaca captionnya, tanpa harus mencari di text.
semoga membantu…..

sumber asli : http://asnugroho.wordpress.com/2011/05/29/tips-mengoreksi-paper/

May

13

Revealing Spleen Ad4BP/SF1 Knockout Mouse by BAC-Ad4BP-tTAZ Transgene

Book Series IFMBE Proceedings
ISSN 1680-0737 (Print) 1433-9277 (Online)
Volume Volume 23
Book 13th International Conference on Biomedical Engineering
Publisher Springer Berlin Heidelberg
DOI 10.1007/978-3-540-92841-6
Copyright 2009
ISBN 978-3-540-92840-9 (Print) 978-3-540-92841-6 (Online)
Part Track 5
DOI 10.1007/978-3-540-92841-6_477
Pages 1920-1923
Subject Collection Engineering
SpringerLink Date Sunday, March 15, 2009

Fatchiyah Contact Information, M. Zubair4 and K. I. Morohashi5

(3) Dept. of Biology, School of Science, Brawijaya University, Veteran, Malang, 65145, Indonesia
(4) Dept. of Internal Medicine Endocrinology, UT South Western Medical Centre, Dallas, Texas, USA
(5) Dept. of Molecular Biology, Graduate School of Medical Sciences, Kyushu University, Fukuoka, Japan

Abstract
The purpose of this study is addressed the function of Ad4BP/SF1 in developing spleen of Ad4BP/SF-1 KO mouse. I have modified the BAC-Ad4BP endogenous by homologous recombinant with modification cassette-containing tetracycline transactivator system and LacZ reporter genes to allow the expression of Ad4BP/SF1 in developing tissues and organ differentiation, regulate of Ad4BP/SF1 mechanism, and reveal the defect due to Ad4BP/SF1 deficiency. Recently studies, by immunihistochemistry of adult tissues showed that revealed coincident expressing between Ad4BP/SF-1 and lacZ, indicating the tTA system seemed to reproduces the endogenous expression of Ad4BP/SF-1, and thus likely to lacZ, Ad4BP/SF-1 in the BAC transgene was expected to be expressed in the corresponding tissues under the control of the bidirectional promoter. Interestingly, the BAC-Ad4BP-tTA transgenic mice were succeeded to up regulate the expression of Ad4BP/SF-1 at the protein level than wild type. And the fetal spleen of Tg(+);Ad4(+/+) was larger than that of the wild type, and expectedly the size of the spleen of Tg(+);Ad4(-/-) apparently recovered.

Keywords  Ad4BP/SF-1 – knockout mouse – Spleen – BAC transgenic – homologous recombinant

IFMBE Proceedings 13th International Conference on Biomedical Engineering ICBME 2008 3–6 December 2008 Singapore 10.1007/978-3-540-92841-6_477 Chwee Teck Lim and James C. H. Goh

download for details

http://www.springerlink.com/content/w361wm64317677u4/

Mar

9

The Ad4BP/SF1 Function of Testes BACAd4BPtTAZ Transgenic-Knockout Mice normally regulated during Development.*)

Fatchiyah1,2,3, Mohamad Zubair2, Ken-Ichirou Morohashi2,3

1 Lab. of Molecular & Cellular Biology, Department of Biology, Brawijaya University, Malang 65145, Indonesia, 2Division of Sex Differentiation, National Institute for Basic Biology, National Institutes of Natural Sciences, Okazaki-Japan 444-8787, 3Department of Molecular Biomechanics, School of Life Science, The Graduate University for Advanced Studies (SOKENDAI), Okazaki 444-8585, Japan.

Abstract

To address the function of Ad4BP/SF1 in developing gonad on Ad4BP/SF1 knockout mouse, we have modified the BACAd4BP endogenous by homologous recombinant with modification cassette-containing Tet-Off system and LacZ reporter genes to allow the expression of Ad4BP/SF1 in developing tissues and organ differentiation, regulate of Ad4BP/SF1 mechanism, and reveal the defect due to Ad4BP/SF1 deficiency. The BACAd4BPtTAZ recombinant has a potential to express a lacZ reporter gene and Ad4BP/SF-1 in the tissues where the endogenous Ad4BP/SF-1 gene is expressed. Expectedly, the lacZ expressions in the BAC transgenic mice mostly recapitulated the endogenous gene expressions. However, protein level of upregulated Ad4BP/SF-1 varied among the transgenic mice. Showing a good correlation with the expression levels, the transgene differentially affected the target tissues. We further applied the BAC-transgenic mice to rescue Ad4BP/SF-1 gene disrupted mouse. Interestingly, although the Ad4BP/SF1 protein expression levels are slightly high in testes of BACd4BPtTAZ-Tg mice, the BAC recombinants successfully rescued and normally developed the gonad of the KO mouse.

Keywords: Ad4BP, SF1, BAC transgenic, Steroidogenesis, Testis

more explore Gonad Ad4BP/SF1 KO mice

Mar

9

Transgenic and Knockout Mice in Human Disease Research: Novel Insights into Pathophysiology and Perspectives*)

Dra. Fatchiyah, M.Kes. Ph.D.
Brawijaya University, Jl. Veteran, Malang 65145
Email: fatchiya@brawijaya.ac.id

ABSTRACT
The ability to engineer the mouse genome has proven useful for a variety of applications in research, medicine and biotechnology. The development of transgenic and knockout technologies has driven an explosion in new animal models of disease. These engineered diseases are a departure from previous animal models in that pathological syndromes are created from a priori assumptions about how disease pathogenesis could develop. Both of mice models have become powerful reagents for modeling genetic disorders, understanding embryonic development and evaluating therapeutics. These mice and the cell lines derived from them have also accelerated basic research by allowing scientists to assign functions to genes, dissect genetic pathways, and manipulate the cellular or biochemical properties of proteins. Such models have been useful in providing new information on the functions of receptor of the insulin or insulin-like growth factor family have been implicated in the regulation of pancreatic β-cells and insulin secretion. However, the contrived nature of the systems might generate false information, unless validated by careful reference to human disease and spontaneous disease in other animal models.

Keywords: transgenic, knockout mouse model, pathological function

explore more KO and transgenic

*)This paper is presented at the International Seminar, “Management Strategy on Animal Health and Production Control in the Anticipation of  Global Warming for the Achievement of Millennium Developmental Goals.” This seminar was hold on June, 3-4th 2008 at the ELMI Hotel Surabaya, East Java, Indonesia